Minggu, 15 Mei 2011

resume linguistik umum

Resuman
BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3) : SINTAKSIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Linguistik Umum
Oleh:
Kelompok V:
Ahmad Radi NPM: 3061011006
Robianus Supardi NPM: 3061011038
Rusipahadi NPM: 3061011013
Damayanti NPM: 3061011039
Harisah NPM: 3061011016
Lisnawati NPM: 3061011045
Multi Riani NPM: 3061011015

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
KELAS 1A
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-PGRI BANJARMASIN
2010

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus ikhlas dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat nikmat, taufik dan hidayah-Nya, resume ini dapat terselesaikan tepat waktu..
Shalawat serta salam dihaturkan pada Nabi Muhammad SAW.beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi`ar Islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.
Selanjutnya, resume ini kini telah selesai pembuatannya, disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Linguistik Umum.
Penulis merasa masih terdapat kekurangan dalam resume ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan sarannya dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan dalam tulisan-tulisan penulis selanjutnya.
Semoga resume ini berguna, terutama bagi penulis dan mahasiswa pada umumnya. Amin ya rabbal alamin.


Banjarmasin, September 2010


Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 1
6.1 STRUKTUR SINTAKSIS 1 6.2 KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS 1
6.3 FRASE 2
6.3.1 Pengertian Frase 2 6.3.2 Jenis Frase 2
6.3.2.1 Frase Eksosentrik 2
6.3.2.2 Frase Endosentrik 2
6.3.2.3 Frase Koordinatif 3
6.3.2.4 Frase Apositif 3 6.3.3 Perluasan Frase 3
6.4 KLAUSA 4
6.4.1 Pengertian Klausa 4
6.4.2 Jenis Klausa 4
6.5 KALIMAT 5
6.5.1 Pengertian Kalimat 5
6.5.2 Jenis Kalimat 5
6.5.2.1 Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti 5
6.5.2.2 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk 6
6.5.2.3 Kalimat Mayor dan Kalimat Minor 7
6.5.2.4 Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal 7
6.5.2.5 Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat 8
6.5.3 Intonasi Kalimat 8
6.5.4 Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis 9 6.5.4.1 Modus 9
6.5.4.2 Aspek 9
6.5.4.3 Kala 10
6.5.4.4 Modalitas 10
6.5.4.5 Fokus 11
6.5.4.6 Diatesis 11
6.6 WACANA 12
6.6.1 Pengertian Wacana 12
6.6.2 Alat-alat Wacana 12
6.6.3 Jenis Wacana 13
6.6.4 Subsatuan Wacana 13
6.7 Catatan Mengenai Hierarki Satuan 13


BAB 6
TATARAN LINGUISTIK (3) : SINTAKSIS

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
6.1 STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.
6.2. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia. Misalnya mesjid memiliki makna ‘ tempat ibadah orang Islam ’. Sedangkan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan konjungsi. Misalnya dan tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis untuk menggabungkan menambah dua buah konstituen.
Kata-kata yang termasuk kata penuh mempunyai kebebasan yang mutlak, atau hampir mutlak sehingga dapat menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas, selalu terikat dengan kata yang ada di belakangnya (untuk preposisi), atau yang berada di depannya (untuk posposisi), dan dengan kata-kata yang dirangkaikannya (untuk konjungsi).
6.3 FRASE
6.3.1 Pengertian Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek – predikat atau predikat – objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
6.3.2 Jenis Frase
6.3.2.1 Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frase preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba).
6.3.2.2 Frase Endosentrik
Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase ini disebut juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina maka frase ini dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka dapat menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang intinya berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral).
6.3.2.3 Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis.


6.3.2.3 Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
6.3.3 Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
Dalam bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain karena pertama, untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep nomina.
6.4 KLAUSA
6.4.1 Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan.
Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Frase dan kata juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final; tetapi hanya sebagai kalimat minor, bukan kalimat mayor; sedangkan klausa berpotensi menjadi kalimat mayor.
6.4.2 Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan klausa bebas ( klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat; dan mempunyai potensi menjadi kalimat mayor) dan klausa terikat (klausa yang unsurnya tidak lengkap, mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja). Klausa terikat diawali dengan konjungsi subordinatif dikenal dengan klausa subordinatif atau klausa bawahan, sedangkan klausa lain yang hadir dalam kalimat majemuk disebut klausa atasan atau klausa utama.
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat di bedakan: klausa verbal (klausa yang predikatnya berkategori verba). Sesuai dengan adanya tipe verba, dikenal adanya (1) klausa transitif (klausa yang predikatnya berupa verba transitif); (2) klausa intransitif (klausa yang predikatnya berupa verba intransitif); (3) klausa refleksif (klausa yang predikatnya berupa verba refleksif); (4) klausa resiprokal (klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal. Klausa nominal (klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal). Klausa ajektifal (klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase). Klausa adverbial (klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi). Klausa numeral (klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia).
Perlu dicatat juga istilah klausa berpusat dan klausa tak berpusat. Klausa berpusat adalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina yang juga berlaku sebagai subjek.
6.5 KALIMAT
6.5.1 Pengertian Kalimat
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Sehingga disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru.
6.5.2 Jenis Kalimat
6.5.2.1 Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti, biasa juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Misalnya:
FN + FV + FN + FN : Nenek membacakan kakek komik
Ket : FN=Frase Nominal (diisi sebuah kata nominal); FV=Frase Verbal; FA=Frase Ajektifa; FNum=Frase Numeral; FP=Frase Preposisi.
Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi:
KALIMAT INTI + PROSES TRANSFORMASI = KALIMAT NONINTI
Ket : Proses Transformasi antara lain transformasi pemasifan, transformasi pengingkaran, transformasi penanyaan, transformasi pemerintahan, transformasi pengonversian, transformasi pelepasan, transformasi penambahan.
6.5.2.2 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu klausa. Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdapat lebih dari satu klausa.
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa dalam kalimat, dibedakan: (1) kalimat majemuk koordinatif/ kalimat majemuk setara yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan biasanya unsur yang sama disenyawakan atau dirapatkan sehingga disebut kalimat majemuk rapatan. (2) Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan dan yang lain disebut klausa bawahan. Kedua klausa itu dihubungkan dengan konjungsi subordinatif. Proses terbentuknya kalimat ini dapat dilihat dari dua sudut bertentangan. Pertama, dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih, dimana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan dan yang lain disebut klausa bawahan. Pandangan kedua, konstruksi kalimat subordinatif dianggap sebagai hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya. (3) Kalimat majemuk kompleks yaitu kalimat majemuk yang terdiri dari tiga klausa atau lebih, dimana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Jadi, kalimat ini merupakan campuran dari kalimat majemuk koordinatif dan subordinatif sehingga disebut juga kalimat majemuk campuran.
6.5.2.3 Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat mayor mempunyai klausa lengkap, sekurang-kurangnya ada unsur subjek dan predikat. Sedangkan kalimat minor klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja; konteksnya bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi, atau juga topik pembicaraan.
6.5.2.4 Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Berkenaan dengan banyaknya jenis atau tipe verbal, biasanya dibedakan: (1) kalimat transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotrasitif, dan diikuti oleh dua buah objek kalau verba tersebut bersifat bitransitif. (2) kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang tidak memiliki objek. (3) kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif. Verba aktif biasanya ditandai dengan prefiks me- atau memper- biasanya dipertentangkan degan kalimat pasif yang ditandai dengan prefiks di- atau diper- . Ada juga istilah kalimat aktif anti pasif dan kalimat pasif anti aktif sehubungan dengan adanya sejumlah verba aktif yang tidak dapat dipasifkan dan verba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif (4) kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan. (5) kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis tidak menyatakan tindakan atau kegiatan. (6) kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba.
6.5.2.5 Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran yang lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks. Biasanya kalimat terikat menggunakan salah satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis.
Dari pembicaraan mengenai kalimat terikat, dapat disimpulkan bahwa sebuah kalimat tidak harus mempunyai struktur fungsi secara lengkap. Kelengkapan sebuah kalimat serta pemahamannya sangat tergantung pada konteks dan situasinya.
6.5.3 Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa, sebab bisa dikatakan: kalimat minus intonasi sama dengan klausa; atau kalau dibalik; klausa plus intonasi sama dengan kalimat. Jadi, kalau intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa.
Intonasi dapat diuraikan atas ciri-ciri yang berupa tekanan, tempo, dan nada. Tekanan adalah ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang diperlukan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Nada adalah suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran. Dalam bahasa Indonesia dikenal tiga macam nada, yang biasa dilambangkan dengan angka “1”, nada sedang dilambangkan dengan angka “2”, dan nada tinggi dilambangkan dengan angka “3”.
contoh: Bacálah buku itu !
2 – 32t / 2 11t #
Ket: n=naik; t=turun; tanda - di atas huruf=tekanan
Tekanan yang berbeda menyebabkan intonasinya juga berbeda; akibatnya keseluruhan kalimat itu pun akan berbeda.
6.5.4 Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis
6.5.4.1 Modus
Modus adalah pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembaca atau sikap si pembicara tentang apa yang diungkapkannya.
Ada beberapa macam modus, antara lain (1) modus indikatif atau modus deklaratif, yaitu modus yang menunjukkan sikap objektif atau netral; (2) modus optatif, yaitu modus yang menunjukkan harapan atau keinginan; (3) modus imperatif, yaitu modus yang menyatakan perintah, larangan, atau tengahan; (4) modus interogatif, yaitu modus yang menyatakan pertanyaan; (5) modus obligatif, yaitu modus yang menyatakan keharusan; (6) modus desideratif, yaitu modus yang menyatakan keinginan atau kemauan; dan (7) modus kondisional, yaitu modus yang menyatakan persyaratan.
Sesungguhnya yang menjadi pembeda antara kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan interjektif, adalah modus.
6.5.4.2 Aspek
Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Dalam berbagai bahasa aspek merupakan kategori gramatikal karena dinyatakan secara morfemis. Dalam bahasa Indonesia aspek dinyatakan tidak secara morfemis melainkan dengan berbagai cara dan alat leksikal. Dalam bahasa Indonesia aspek juga ada yang sudah dinyatakan secara inhern oleh tipe verbanya.
Berbagai macam aspek dari berbagai bahasa, antara lain: (1) aspek kontinuatif, yaitu yang menyatakan perbuatan terus berlangsung; (2) aspek inseptif, yaitu yang menyatakan peristiwa atau kejadian yang baru mulai; (3) aspek progresif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan sedang berlangsung; (4) aspek repetitif, yaitu yang menyatakan perbuatan itu terjadi berulang-ulang; (5) aspek perefektif, yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai; (6) aspek imperfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar; dan (8) aspek sesatif, yaitu yang menyatakan perbuatan berakhir.
6.5.4.3 Kala
Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat. Kala ini lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah lampau, dan akan datang. Beberapa bahasa menandai kala itu secara morfemis; artinya, pertanyaan kala itu ditandai dengan bentuk kata tertentu pada verbanya.
Bahasa Indonesia tidak menandai kala secara morfemis, melainkan secara leksikal.
Dalam bahasa Indonesia banyak orang yang mengelirukan konsep kala dengan konsep keterangan waktu sebagai fungsi sintaksis; sehingga mereka mengatakan kala sudah, sedang, dan akan adalah keterangan waktu. Padahal keterangan waktu, dan keterangan lainnya, sebagai fungsi sintaksis memberi keterangan terhadap keseluruhan kalimat. Posisinya pun dapat dipindahkan ke awal kalimat atau ke tempat lain; sedangkan kala terikat pada verbanya atau predikatnya. Penyebab kekeliruan itu barangkali karena kata-kata seperti sudah, sedang, dan akan itu “sejenis” dengan kata-kata kemarin, tadi, dan besok yang menyatakan waktu; dan kata yang terakhir ini memang dapat mengisi fungsi keterangan. Mungkin juga karena dalam tata bahasa tradisional, istilah keterangan digunakan untuk dua macam konsep, yaitu konsep fungsi sintaksis, dan konsep kategori sintaksis.
6.5.4.4 Modalitas
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa; atau juga sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau juga keizinan. Dalam bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa lain, modalitas dinyatakan secara leksikal.
Dalam kepustakaan linguistik dikenal adanya beberapa jenis modalitas; antara lain (1) modalitas intensional, yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan, atau juga ajakan; (2) modalitas epistemik, yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan, kepastian, dan keharusan; (3) modalitas deontik, yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkeaan; dan (4) modalitas diamik, yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan.
6.5.4.5 Fokus
Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu. Ada bahasa yang mengungkapkan fokus ini secara morfemis, dengan menggunakan afiks tertentu; tetapi ada pula yang menggunakan cara lain.
Dalam bahasa Indonesia fokus kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: Pertama, dengan memberi tekanan pada bagian kalimat yang difokuskan. Kedua, dengan mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan. Ketiga, dengan cara memakai partikel pun, yang, tentang, dan adalah pada bagian kalimat yang difokuskan. Keempat, dengan mengontraskan dua bagian kalimat. Kelima, dengan menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.
6.5.4.6 Diatesis
Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.
Ada beberapa macam diatesis, antara lain, (1) diatesis aktif, yakni jika subjek yang berbuat atau melakukan suatu perbuatan; (2) diatesis pasif, jika subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri; (3) diatesis refleksi, yakni jika subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri; (4) diatesis resiprokal, yakni jika subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalasan; dan (5) diatesis kausatif, yakni jika subjek menjadi penyebab atas terjadinya sesuatu.
6.6 WACANA
6.6.1 Pengertian wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
6.6.2 Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain: Pertama, konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain: Pertama, menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua, menggunakan hubungan generik – spesifik; atau sebaliknya spesifik – generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Keempat, menggunakan hubungan sebab – akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana.
6.6.3 Jenis Wacana
Berkenaan dengan sasarannya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis, dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis.
Dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi wacana prosa dan wacana puisi. Selanjutnya, wacana prosa, dilihat dari penyampaian isinya dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi dan wacana argumentasi.
6.6.4 Subsatuan Wacana
Dalam wacana berupa karangan ilmiah, dibangun oleh subsatuan atau sub-subsatuan wacana yang disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf. Namun, dalam wacana –wacana singkat sub-subsatuan wacana tidak ada.
6.7 CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN
Urutan hierarki satuan-satuan linguistik bahwa satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih besar yaitu : wacana, kalimat, klausa, frase, kata, morfem, fonem. Urutan hierarki tersebut adalah urutan normal teoritis. Dalam praktek berbahasa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan urutan. Kalau dalam urutan normal kenaikan tingkat atau penurunan tingkat terjadi pada jenjang berikutnya yang satu tingkat ke atas atau satu tingkat ke bawah, maka dalam pelompatan tingkat terjadi peristiwa, sebuah satuan menjadi konstituen dalam jenjang, sekurang-kurangnya, dua tingkat di atasnya. Kasus pelapisan tingkat terjadi kalau sebuah konstituen menjadi unsur konstituen pada konstruksi yang tingkatannya sama. Dan kasus penurunan tingkat terjadi apabila sebuah konstituen menjadi unsur konstituen lain yang tingkatannya lebih rendah sari tingkatan konstituen asalnya.

Sabtu, 14 Mei 2011

makalah pengantar pendidikan

MANUSIA DAN PENDIDIKAN:
PANDANGAN ILMIAH DAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA

A. PANDANGAN ILMIAH TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
1. Antropologi Biologis/Fisik
a. Batasan
Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik, jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Antropologi biologis sering pula disebut antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai organisme biologis. (Beals, 1977:1)
b. Karakteristik
Manusia adalah Homo Sapiens:
1) Puncak evolusi organik dari makhluk hidup.
2) Kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup:
a) Dunia: binatang.
b) Phylum: chordata.
c) Kelas: mamalia.
d) Orde: primata
e) Famili: hominidae.
f) Genus: homo.
g) Spesies: sapiens.
3) Ciri-ciri khas:
a) Berjalan tegak (bipedal locomotion).
b) Mempunyai otak yang besar dan kompleks.
c) Hewan yang tergeneralisasi, dapat hidup dalam berbagai lingkungan.
d) Periode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak berdaya.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
Konsep-konsep antropologi biologis menjadi landasan pendidikan (Landasan Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman pendidikan, baik dalam sejarah manusia maupun dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu zaman.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan:
Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan.
2. Antropologi Budaya
a. Batasan
Antropolgi sosial budaya mempergunakan teknik-teknik riset historis, observasi, wawancara dalam studi orang yang hidup sekarang. (Beals, 1977:1)
b. Karakteristik
1) Manusia adalah organisme sosiobudaya.
Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan berbuat) yang diperoleh melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap keputusan kelompok.
2) Komponen dalam budaya.
a) Sebuah kelompok / masyarakat.
b) Sebuah lingkunga dalam kelompok/masyarakat.
c) Sebuah budaya material.
d) Sebuah tradisi budaya.
e) Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia.
3) Karakteristik umum budaya.
a) Tingkah laku kultural dipelajari.
b) Tingkah laku kultural terorganisasi dalam pola-pola tingkah-laku.
c) Pola-pola budaya diajarkan orang dan berlangsung dari satu generasi ke generasi lainnya.
d) Budaya mempunyai aspek material dan non material.
e) Budaya terbesar secara seragam oleh anggota masyarakat.
f) Tingkah laku kultural menjadi sebuah cara hidup.
g) Budaya terus-menerus berubah.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
Konsep-konsep antropologi sosio budaya menjadi landasan pendidikan (Landasan Antropologis Pendidikan).
1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
2) Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya, kesatuan budaya regional, dan kelompok subkultur.
3) Pendidikan adalah enkulturasi (proses pemindahan budaya dari generasi kegenerasi).
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan yang dpelopori oleh Frans Boa dan Margareth Mead.
2) Adanya kebutuhan Antropologi Filsafat Anak (pandangan tentang hakekat khuluk atau karakteristik anak).
3. Psikologi
a. Batasan
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa tua. (Woodward & Marquis, 1955: 3)
b. Karakteristik
Individu yang belajar (Callahan & Clark, hlm: 191-194):
1) Unik (ada perbedaan individual).
2) Banyak kesamaan daripada perbedaanya.
3) Mempunyai berbagai diri.
4) Sebuah organisme total.
5) Mempunyai kesiapan bertindak.
6) Mempuyai tugas-tugas perkembangan.
7) Mempunyai berbagai kebutuhan.
8) Mempunyai kecenderungan-kecenderungan umum dalam bertingkah laku.
9) Mempunyai tujuan-tujuan khusus.
10) Merupakan motivator-motivator dirinya sendiri.
c. Implikasi dalam praktek pendidikan
1) Konsep-konsep psikologis tentang individu menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar-mengajar (Landasan Psikologis Pendidikan).
2) Pendidikan = individualisasi (proses pengembangan individu).
d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan yang dipelopori oleh Thorndike.
2) Lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan pendidikan yang disebut developmentalisme atau “psychological tendency in education”, yang dipelopori oleh Pestalozzi, Herbart dan Froebel.
4. Sosiologi
a. Batasan
Sosiologi adalah studi tentang struktur sosial. (Reading, 1977: 195)
b. Karakteristik masyarakat
1) Manusia adalah animal sociale (binatang yang hidup bermasyarakat).
2) Masyarak adalah:
a) Pengalaman kita dengan orang lain di sekitar kita (Berger & Berger).
b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan di antara manusia, dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi di dalam hubungan-hubungan manusia (Ginsberg).
c) Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia (Barlett, dkk).
d) Sebuah sistem yang terbentuk dari cara-cara dan prosedur-prosedur, kekuasaandan bantuan timbal-balik, pengelompokan-pengelompokan dan pembagian-pembagian, pengawasan-pengawasan dan kebebasan-kebebasan (Maciver).
e) Sebuah kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan keputusan bagi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial (Reading).
3) Komponen-komponen masyarakat (Ginsberg):
a) Morfologi sosial.
b) Kontrol sosial.
c) Proses sosial.
d) Patologi sosial.
4) Komponen-kompoen masyarakat (Broom & Selznick):
a) Organisasi sosial.
b) Budaya.
c) Sosialisasi.
d) Kelompok-kelompok primer.
e) Stratifikasi sosial.
f) Asosiasi (perkumpulan)
g) Tingkah laku kolektif.
h) Penduduk dan ekologi.
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar penyelanggaraan pendidikan (Landasan Sosiologis Pendidikan).
2) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan.
3) Pendidikan = sosialisasi (proses menjadi anggota masyarakat yang diharapkan).
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan, yang dipelopori oleh Henry Suzzalo.
2) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan.
3) Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan, atau sosiological tendency in education, yang lebih menekankan konsep pendidikan pada proses sosialisasi daripada individualisasi.
5. Politika (Ilmu Politik)
a. Batasan
Politika adalah studi tentang pemerintahan negara. (Broom & Selznick, 1958: 6)
b. Karakteristik pemerintahan negara
1) Manusia sebagai animal politicon (Aristoteles), binatang yang hidup berpolitik.
2) Bidang-bidang ilmu politik (Unesco):
a) Teori politik.
b) Lembaga-lembaga politik.
c) Partai-partai politik, kelompok-kelompok politik, dan pendapat umum.
d) Hubungan-hubungan internasional.
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep politika menjadi dasar penyelanggaraan pengelolaan pendidikan makronasional (Landasan Politikal Pendidikan).
2) Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan.
3) Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga negara yang diharapkan).
4) Pendidika kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan peranan yang penting.
5) Pendidikan politik.

d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/pendidikan nasional yang dipelopori oleh Guizot (Perancis), Fischer (Inggris), Horace Mann dan Henry Benhard (USA), K.H Dewantara dan Moh. Syafei (Indonesia).
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan internasional (Auslandpedagogik)
6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)
a. Batasan
Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh kemakmuran materiil manusia. (Winardi, 1989: 177)
b. Karakteristik ekonomi
1) Manusia = animal economicus, binatang yang terus berusaha memperoleh kemakmuran materiil.
2) Bidang ekonomi:
a) Konsumsi.
b) Produksi.
c) Distribusi.
d) Pertumbuhan sepanjang waktu.
3) Satuan ekonomi:
a) Ekonomi mikro.
b) Ekonomi makro.
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau landasan pendidikan (Landasan Ekonomikal Pendidikan).
2) Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan.
3) Pendidikan = penanaman modal dalam sumber daya manusia atau human investment, ditinjau dari ekonomi makro.
4) Pendidikan = profesionalisasi, ditinjau dari ekonomi mikro.
d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan, yang dipelopori secara konseptual oleh Adam Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas, Gheor Dore Schultz.
2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan pembangunan.


B. PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKANNYA
1. Filsafat Umum/Murni
a. Batasan
1) Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya. (Beck, 1979: 2)
2) Karakteristik telaah filosofis:
a) Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan masalah secara menyeluruh (komprehensif) dan mendalam.
b) Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir menerobos, melampaui fakta atau data-data yang tersedia dalam rangka menemukan hal yang hakiki.
c) Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari gejala (fenomena) dan kemudian mencoba terus menguliti, mengurangi atau mereduksi hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang menjadi hakekat (edois) dari gejala.
d) Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal yang seharusnya.
b. Obyek
1) Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup manusia.
2) Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya.
c. Cabang
1) Metafisika = hakikat kenyataan:
a) Ontologi = hakikat kenyataan alam semesta.
b) Teologi = hakikat Tuhan.
c) Kosmologi = hakikat alam.
d) Humanologi = hakikat manusia.
2) Epistomologi = hakikat mengetahui dan pengetahuan; logika = hakikat menyimpulkan untuk memperoleh pengetahuan.
3) Aksiologi = hakikat nilai-nilai:
a) Etika = hakikat baik dan jahat.
b) Estitika = hakikat indah dan jelek.
d. Aliran-aliran filsafat umum
1) Idealisme:
a) Metafisika: kenyataan = sebuah dunia pikiran/rohaniah.
b) Humanologi: binatang yang berpikir .
c) Epistemologi: pengetahuan yang benar melalui mata batin/pikiran/intuisi.
d) Aksiologi: manusia di atur oleh kewajiban-kewajiban moral yang bersumber dari tuhan/kekuatan rohaniah dari alam.
2) Realisme:
a) Metafisika: kenyataan = sebuah dunia benda-benda.
b) Humanologi: binatang yang berbuat.
c) Epistemologi: pengetahuan yang benar diperoleh melalui pendriaan.
d) Aksiologi: manusia di atur oleh hukum alam.
3) Neo-thomisme:
a) Metafisika: kenyataan = sebuah dunia rasio dan tuhan.
b) Humanologi: makhluk yang berpikir dan beriman/percaya.
c) Epistemologi: pengetahuan diperoleh melalui rasio dan percaya.
d) Aksiologi: pengetahuan tentang kebaikan diperlukan agar dapat berbuat baik. Kebaikan tertinggi adalah kebaikan yang bersumber pada pengetahuan dan Tuhan.
4) Eksperimentalisme/instrumentalisme:
a) Metafisika: kenyataan = sebuah dunia pengalaman.
b) Humanologi: binatang yang berevolusi fisik, psikis, dan sosial.
c) Epistemologi: pengetahuan diperoleh melalui pengalaman pendirian.
d) Aksiologi: yang baik adalah yang ternyata berguna dalam masyarakat.
5) Eksistensialisme:
a) Metafisika: kenyataan = sebuah dunia keberadaan (eksistensi) manusia di dunia.
b) Humanologi: binatang yang bebas mewujudkan dirinya.
c) Epistemologi: pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.
d) Aksiologi: nilai ditentukan oleh kebebasan memilih dari seseorang pribadi.
e. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep filsafat umum (metafisika, epistemologi, dan aksiologi) menjadi dasar/landasan penyelenggaraan pendidikan (landasan filosofis pendidikan).
2) Munculnya sekolah-sekolah percobaan (Kindergarten dari Froebel merupakan penerapan gagasan pendidikan idealistik; Casa De Bambini merupakan sekolah dari Montessori yang merupakan penerapan gagasan pendidikan naturalistik; laboratory school dari J. Dewey merupakan penerapan gagasan pendidikan pragmatik/eksperimentalistik; dan sebagainya).

f. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Munculnya filsafat pendidikan, yang dipelopori oleh Plato.
2) Lahir dan berkembangnya mazhab-mazhab/aliran-aliran filsafat pendidikan, antara lain:
a) Filsafat pendidikan idealisme: pendidikan = pemekaran kemampuan berpikir.
b) Filsafat pendidikan realisme: pendidikan = pemekaran kemampuan berbuat dan berpengalaman.
c) Filsafat pendidikan eksperimentalisme/instrumentalisme: rekontruksi pengalaman yang terus berlangsung sepanjang hidup.
d) Filsafat pendidikan eksistensialisme: pendidikan = perwujudan kebebasan diri sendiri.
2. Filsafat Antropologi atau Antropologi Filosofis
a. Batasan
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelediki hakekat manusia sebagai keseluruhan atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis tentang manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang dirinya sendiri (Selbstbesing), dan manusia dapat merefleksasikan atau mencerminkan tentang dirinya sendiri hanya apabila menjadi pribadi yang mengenal dirinya, jadi filsafat antropologi tujuan utamanya adalah merefleksikan atau mencerminkan dirinya sebagai seorang pribadi. (Buber, 1959: 124)
b. Obyek
1) Masalah hubungan manusia dengan alam.
2) Masalah hubungan manusia dengan manusia.
3) Masalah hubungan manusia dengan Tuhan.
c. Karakteristik manusia seutuhnya
1) Satu yang terkandung di dalamnya banyak aspek (one in many).
2) Manusia seutuhnya = animal symbolicum.
3) Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang unik (animal rationale).
4) Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan pikirannya (animal sociale).
5) Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menalar dan sadari sebagai pribadi yang menalar.
6) Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk mengkombinasikan unsur-unsur yang menghasilkan suatu yang kreatif.
7) Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol maka dapat mengadakan perbedaan moral.
8) Hewan yang menggunakan simbol-simbol dapat menyadari diri sendiri sebagai pribadi.
d. Implikasi dalam Praktek Pendidikan
1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan.
2) Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan, atau proses menuju tercapainya manusia seutuhnya).
3) Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri secara kooperatif.
e. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan
1) Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju membahas khuluk atau hakikat anak (anak dilahirkan membawa dosa asal dari adam dan hawa di surga; anak dilahirkan sebagai tabula rasa atau tanpa pembawaan; anak dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak berdaya tapi penuh potensi; dan sebagainya).
2) Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik atau ilmu mendidik yang memadukan aspek faktual dengan spek normatif, yang dipelopori oleh herbart (perpaduan antara aspek filosofis yang menentukan tujuan-tujuan pendidikan dengan aspek psikologis yang menentukan cara-cara atau metode-metode pendidikan).
DAFTAR PUSTAKA


Mudyahardjo, Redja, 2009, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers.

makalah semiotika kajian puisi

KAJIAN SEMIOTIK TERHADAP PUISI
“SURAT DARI IBU” ASRUL SANI

OLEH
KELOMPOK IX


AHMAD RADI 3061011006
ANITA PUSPITA SARI 3061011004
NURAINA 3061011048
KAMARIAH 3061011050












PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
KELAS IIA PAGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) BANJARMASIN
2011
KATA PENGANTAR


Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kajian Semiotik Terhadap Puisi “Surat Dari Ibu” Asrul Sani. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah semiotika.
Andaikata dalam makalah ini ada kekurangan, semua itu tidak lain karena keterbatasan kami selaku penulis. Untuk itu, kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa/i dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarmasin, April 2011


Penulis






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan 1
3. Manfaat 1
BAB II : PEMBAHASAN
1. Kajian Semiotik terhadap Puisi “Surat dari Ibu” Asrul Sani 2
2. Pembahasan 2
2.1 Pembahasan Semiotik 3
2.2 Pembacaan Heuristik 3
2.3 Pembacaan Hermeneutik 4
2.4 Pemaknaan terhadap Puisi “Surat dari Ibu” Asrul Sani 7
BAB III : PENUTUP 12
Simpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan ekspresi. Sehubungan dengan sastra, semiotik secara khusus mengkaji karya sastra (termasuk puisi) yang dipandang memiliki sistem tersendiri.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan Memahami kajian semiotik terhadap puisi “Surat dari Ibu” Asrul Sani.
2. Memenuhi tugas mata semiotika.
C. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana melakukan kajian semiotika terhadap puisi.

BAB II
PEMBAHASAN


1. Kajian Semiotik terhadap Puisi “ Surat dari Ibu” Asrul Sani
SURAT DARI IBU
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi kedunia bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan dang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nahkoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi kita akan bercerita
“tentang cinta dan hidupmu pagi hari”
(Asrul Sani, 1987:400-401)
2. Pembahasan
2.1 Pembahasan Semiotik
Untuk dapat memberi makna sajak secara struktural semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik (atau retroaktif) (Riffaterre, 1978: 5-6).
2.2 Pembacaan Heuristik
Dalam pembacaan heuristik puisi dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk memperjelas arti pada puisi, bila perlu dapat diberi sisipan kata atau sinonim kata yang ada puisi tersebut dengan cara kata-kata yang dsisipkan ditaruh dalam tanda kurung. Begitu pula dengan struktur kalimatnya, disesuaikan dengan kalimat baku, dan bila perlu susunannya dapat dibalik untuk memperjelas arti. Pembacaan heuristik terhadap puisi “Surat dari Ibu” karya Asrul Sani dapat dilakukan sebagai berikut:


Bait kesatu
Pergi (-lah engkau) ke dunia luas, anakku sayang. Pergi (-lah engkau) ke dunia bebas! Selama angin (kini) masih angin buritan (angin pada bagian belakang kapal), dan matahari (masih) pagi (cahayanya dapat) menyinar daun-daunan (agar segar) dalam rimba (hutan) dan padang hijau.
Bait kedua
Pergi (-lah engkau) ke laut lepas, anakku sayang. Pergi (-lah engkau) ke alam bebas! Selama hari (kini masih) belum petang, dan warna senja (masih) belum kemerah-merahan menutup pintu (pada) waktu lampau (pada masa lalu).
Bait ketiga
Jika bayang (-bayang) telah pudar, elang laut (telah) pulang ke sarang, angin (telah) bertiup ke benua, (kemudian) tiang-tiang (kapal) akan kering sendiri (karena faktor usia), dan nahkoda (kapal) sudah tahu pedoman (sudah tahu tujuan hidup), (maka) boleh (-lah) engkau datang (ke-) padaku!
Bait keempat
Kembali (-lah engkau) pulang, anakku sayang. Kembali (-lah engkau) ke balik malam! Jika kapalmu (jika engkau) telah (me-) rapat (pulang) ke tepi (ke tempat ibu), (maka) kita akan bercerita “tentang cinta dan hidupmu (pada) pagi hari”.


2.3 Pembacaan Hermeneutik
Dalam pembacaan hermeneutik puisi dibaca berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan ulang sesudah pembacaan heuristik dengan memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastra. Konvensi sastra itu, di antaranya yaitu konvensi ketaklangsungan ucapan (ekspresi) puisi. Ketaklangsungan ucapan (ekspresi) puisi. Ketaklangsungan ekspresi puisi dapat disebabkan oleh (1) penggantian arti, (2) penyimpangan arti, dan (3) penciptaan arti (Riffaterre, 1978:1-2; Pradopo, 2003:97).
Penggantian arti dapat disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi. Penyimpangan arti dapat disebabkan oleh ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Penciptaan arti dapat disebabkan oleh pemanfaatan bentuk visual seperti enjambemen, persajakan, homologues (persejajaran bentuk maupun baris, dan tipografi) (Pradopo, 2003:97).
Pembacaan hermeneutik terhadap puisi “Surat dari Ibu” karya Asrul Sani, terutama dilakukan terhadap bahwa bahasa kiasan, secara khusus metafora. Pembacaannya (tafsirannya), dapat dilakukan sebagai berikut:
Baik kesatu
Melalui suratnya seorang ibu berpesan kepada anaknya, pergilah engkau kedunia luas, ke dunia besar (umum) setelah engkau berada di dunia yang sempit (khusus) di lingkungan keluargamu, anakku sayang. pergilah engkau ke dunia bebas agar engkau dapat berbuat dan bertindak positif dengan lebih leluasa dalam rangka mengembangkan aktivitas dan kreativitasmu. Selama engkau masih energik, masih penuh semangat (angin masih angin buritan) untuk meraih cita-cita. Lebih-lebih karena engkau masih muda (matahari masih pagi), sehingga engkau secara maksimal dapat berbuat kebajikan seperti cahaya matahari yang menyinar daun-daunan agar menjadi segar dalam rimba (hutan) dan padang hijau. Bait kedua
Melalui suratnya seorang ibu juga berpesan kepada anaknya, pergilah engkau ke laut lepas, pergilah sejauh engkau mampu untuk meraih cita-citamu, anakku sayang. Pergilah engkau ke alam bebas, kemana saja engkau mau. Selama usiamu masih muda (selama hari kini masih belum petang) dan selama usiamu masih belum tua (warna senja masih belum kemerah-merahan) yang akan mengakhiri kehidupanmu (menutup pintu) pada waktu lampau (pada masa lalu).
Bait ketiga
Sang ibu juga berpesan, jika engkau sudah (mulai) tua (bayang-bayang telah pudar), jika engkau sudah kembali ke tempat ibu (elang laut telah pulang ke sarang), jika engkau sudah kembali ke tanah kelahiranmu (angin telah bertiup ke benua), jika engkau sudah matang (tiang-tiang kapal akan kering sendiri) karena faktor usia dan pengalaman, jika engkau (nahkoda kapal) sudah tahu tujuan hidup , dan jika engkau sudah berhasil meraih cita-cita (sudah tahu pedoman), maka kata ibunya bolehlah engkau datang kepadaku.
Bait keempat
Kemudian, sang ibu berpesan, kembalilah engkau kepada ibu (kembali pulang), anakku sayang. Kembalilah engkau ke balik malam. Kembalilah terutama jika engkau sudah (mulai) tua, jika engkau sudah matang, jika engkau sudah tahu tujuan hidup, dan jika engkau telah berhasil meraih cita-cita. Jika nanti engkau sudah berada bersama ibu (jika kapalmu telah merapat atau pulang ke tepi), maka kata ibunya kita akan bercerita tentang keluarga dan kehidupanmu yang engkau tempuh sejak engkau ketika masih muda berusaha meraih cita-cita hingga ketika sudah (mulai) tua berhasil menjadi insan yang mulia (“tentang cinta dan hidupmu pada pagi hari”).
2.4 Pemaknaan terhadap Puisi “Surat dari Ibu” Asrul Sani
Berdasarkan hasil pembacaan heuristik dan hermeneutik, dapat diketahui bagaimana makna puisi “Surat dari Ibu” karya Asrul Sani, terutama pada bahasa kiasan, secara khusus metafora. Pemaknaannya dapat dilakukan sebagai berikut:
Bait kesatu
“Dunia luas” adalah metafora yang mengiaskan dunia besar (umum) yang harus dimasuki oleh sang anak ketika sudah dewasa setelah dia berada di dunia yang sempit (khusus) di lingkungan keluarga. Melalui suratnya seorang ibu berpesan agar anaknya pergi ke dunia yang luas tersebut untuk hidup bermasyarakat dalam rangka mendewasakan diri hingga kelak dapat hidup secara mandiri atas usahanya dan berhasil meraih cita-cita. Selain “luas”, dunia yang tidak harus dimasuki sang anak juga “dunia bebas”; dunia yang tidak lagi terikat, sehingga sang anak dapat berbuat dan bertindak secara positif dengan lebih leluasa dalam rangka mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya untuk meraih cita-cita.
“angin buritan” secara harfiah angin pada bagian belakang kapal (atau perahu), yang dapat mendorong kapal agar berlayar dengan kencang untuk mencapai tujuan. Metafora “angin buritan” dapat mengiaskan mengenai tenaga sang anak yang masih energik, masih penuh semangat, karena ia masih muda. Pada saat seperti itulah seyogianya sang anak mengarungi dunia yang luas dan bebas untuk meraih cita-cita. Hal tersebut juga didukung dengan metafora “matahari pagi” yang mengiaskan mengenai sesuatu yang masih muda sehubungan dengan usia sang anak. Ketika masih muda, sang anak diharapkan mampu berbuat secara maksimal dan mampu memberi kebajikan bagi siapa saja seperti matahari (pagi) yang cahayanya masih hangat dan mampu menyinar daun-daun agar menjadi segar baik yang ada di rimba maupun di padang hijau. Jadi, melalui suratnya sang ibu berpesan kepada anaknya ketika masih muda sang anak boleh pergi kemana saja dalam rangka meraih cita-cita. Kalau usia sudah tua, baru pergi meraih cita-cita, tentu saja terlambat.
Bait kedua
“Laut lepas” merupakan tengah laut yang jauh dari daratan. Metafora “laut lepas” dapat mengiaskan harapan sang ibu agar anaknya boleh pergi sejauh kemampuannya untuk meraih cita-cita. Selain “laut lepas” , sang anak juga diperbolehkan oleh sang ibu untuk pergi ke “alam bebas”. Metafora “alam bebas” mengandung makna mengenai ruang lingkup yang akan diarungi sang anak boleh lebih luas lagi dari “dunia luas” dan “laut bebas”, karena kata “alam” pada konteks tersebut tampaknya meliputi baik segala sesuatu yang ada di langit maupun yang ada di di bumi. Jadi, dalam rangka meraih cita-citanya, sang anak diperbolehkan oleh sang ibu untuk pergi kemana saja, tidak hanya ke “dunia luas” atau ke “laut bebas”, tetapi juga ke “alam bebas”.
Semua itu dipesankan oleh sang ibu kepada anaknya. Karena “hari belum petang”. Metafora “hari belum petang” mengandung makna mengenai usia sang anak yang belum tua yan g dikontraskan pada bait kesatu dengan “matahari pagi” yang berarti usia sang anak masih muda. Begitu pula dengan metafora “ warna senja belum kemerah-merahan”, juga mengandung makna mengenai usia sang anak yang belum tua. Ungkapan mengenai usia sang anak belum tua itu, didukung pula dengan metafora “menutup pintu waktu lampau” yang bermakna bahwa usia tua merupakan usia yang akan mengakhiri masa kehidupan. Jadi, melalui suratnya sang ibu berpesan bahwa anaknya boleh pergi kemana saja dalam rangka meraih cita-cita selama sang anak masih muda, sebelum usia tua, atau sebelum berakhir masa hidupnya.
Bait ketiga
“Bayang telah pudar” merupakan metafora yang berkaitan dengan usia sang anak, yaitu jika sang anak sudah (mulai) tua. “Elang laut pulang ke sarang” merupakan metafora yang berkaitan dengan kepulangan sang anak, yaitu jika sang anak sudah kembali ke tempat ibunya. “Angin bertiup ke benua” merupakan metafora yang juga berkaitan dengan kepulangan sang anak, yaitu jika sang anak sudah kembali ke tanah kelahirannya. “Tiang-tiang akan kering sendiri” merupakan metafora yang berkaitan dengan pengalaman sang anak, yaitu jika sang anak sudah matang. “Nahkoda sudah tahu pedoman” merupakan metafora yang berkaitan dengan pengetahuan dan cita-cita sang anak, yaitu jika sang anak sudah tahu tujuan hidup dan sudah meraih cita-cita. Jadi, jika usia sang anak sudah (mulai) tua, jika sang anak sudah kembali ke tempat ibunya, jika sang anak sudah kembali ke tanah kelahirannya, jika sang anak sudah matang, jika sang anak sudah tahu tujuan hidup, dan jika sang anak sudah berhasil meraih cita-cita, maka sang ibu memperbolehkan (mempersilahkan) sang anak datang kepadanya.
Bait keempat
“Balik malam” merupakan metafora yang mengandung makna mengenai segala sesuatu yang sudah lengkap. Dalam hal ini berkaitan dengan kelengkapan yang sudah ada pada sang anak, terutama usia sang anak yang sudah (mulai) tua, sudah matang, sudah tahu tujuan hidup, serta sudah meraih cita-cita. Maksudnya, sang ibu meminta anaknya untuk kembali kepada ibunya terutama jika sang anak sudah (mulai) tua, sudah matang, sudah tahu tujuan hidup, serta sudah berhasil meraih cita-cita. Lebih khusus jika “kapalmu telah rapat ke tepi”, metafora yang mengandung makna jika sang anak sudah berada bersama sang ibu.jika sang anak sudah berada bersama sang ibu, maka sang ibu meminta kepada anaknya untuk bercerita “tentang cinta dan hidupmu pagi hari”, yaitu tentang keluarga dan kehidupan sang anak yang ditempuhnya sejak sang anak ketika masih muda berusaha meraih cita-cita hingga ketika sudah (mulai) tua berhasil menjadi insan yang mulia.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa puisi “Surat dari Ibu” karya Asrul Sani mengemukakan mengenai surat dari seorang ibu yang isinya berupa pesan sang ibu kepada anaknya yaitu ketika masih muda atau sebelum berakhir masa hidupnya boleh pergi kemana saja dalam rangka meraih cita-cita. Jika sang anak terutama sudah (mulai) tua, sudah matang, sudah tahu tujuan hidup, serta sudah berhasil meraih cita-cita, maka sang ibu memperbolehkan (mempersilahkan) sang anak datang kepadanya untuk bercerita tentang keluarga dan kehidupan sang anak yang ditempuhnya sejak sang ank ketika masih muda berusaha meraih cita-cita hingga ketika sudah (mulai) tua berhasil menjadi insan yang mulia. Secara tersirat puisi tersebut juga memiliki pesan, bagi seorang anak kalau sudah berhasil meraih cita-cita –sudah sukses –janganlah sekali-kali melupakan ibu, ayah, keluarga, atau siapa saja yang pernah berjasa kepadanya ketika meraih cita-cita.

DAFTAR PUSTAKA

Sani, Asrul. 1987. “Surat dari Ibu”. Dalam Linus Suryadi AG (editor). Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern 1. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2010. Pengkajian Puisi: Teori dan Aplikasi. Banjarmasin: Tahura Media

cerpen : kesempatan kedua untuk mantan playboy dan mantan setia


KESEMPATAN KEDUA UNTUK MANTAN PLAYBOY DAN MANTAN SETIA

Akhirnya aku menjadi seorang siswa salah satu SMA di Anjir Km. 11, aku pun mendapat teman-teman baru, dan inilah awal aku menjadi seorang playboy, bukan niat untuk jadi seorang playboy, tetapi keadaan yang memintaku seperti itu. Karena aku baru putus dengan pacarku yang bernama Imah, yang wajahnya mirip dengan artis Ayu Azhari, aku berniat untuk mencari seorang pacar sebagai pengganti Imah, Suatu hari aku menyampaikan harapanku kepada seorang cewe pada awal bulan Februari, namanya Icha, yang nama aslinya adalah Rafika Fairus, entah kenapa bisa dipanggil Icha, kata teman-temanku wajah Icha mirip dengan Shiren Sungkar, setelah aku menyampaikan harapanku kepadanya, dia menanggapi harapanku, namun dia memerlukan waktu, dia mengatakan memuberikan jawabannya pada hari Valentine tanggal 12 Februari, karena jawaban yang menurutku cukup lama, dan takut ditolak, aku pun berinisiatif meminta kepada teman perempuanku bernama Thaibah, sekarang teman perempuanku ini telah menikah dengan pacarnya yang aku comblangin kepadanya, aku meminta bantuan kepadanya untuk comblangin aku dengan seorang cewe, yakni teman maulid habsyinya yang bernama Ina yang masih SMP di Km. 16..
Dengan bantuan dari teman perempuanku itu, mereka mengatur tempat dimana nanti aku akan menyampaikan harapanku ke cewe yang di comblangin mereka. Kemudian masuklah sebuah pesan dari thaibah kepadaku “adi, nanti hari kamis kita kerumah aisyah dipal 16, kami sudah atur semuanya”, dan aku menjawabnya dengan “OK”. Saat itu pun tiba, aku bertemu dengan sang cewe di rumah Aisyah, Aisyah adalah teman Thaibah disekolah. Dan disana aku menyampaikan harapanku untuk menjadi pacarnya, Namun hal yang sama juga terjadi, dia membutuhkan waktu untuk menjawabnya, namun dimalam harinya dia sudah menjawab harapanku kepadanya, bahwa dia menerimaku sebagai pacarnya. akhirnya aku mempunyai pacar yang bernama Ina.
Tidak kusangka pada hari Valentine, Icha menjawab harapanku, bahwa dia mengatakan menerima diriku sebagai pacarnya. Itulah mula-mula aku terperosok dalam gelombang playboy dengan memiliki dua orang pacar yang bernama Ina dan Icha.
Setelah beberapa minggu dari hari Valentine, aku bersama teman-temanku pergi ke Anjir Km. 1, di seberang kota Kapuas, Kalimantan Tengah. Kami kesana pergi untuk latihan main band, walaupun aku hanya ikut-ikutan saja, karena aku baru beberapa kali ikut main, dan belum mempunyai kemampuan seperti teman-temanku yang telah mahir menggunakan semua alat musik. Setelah selesai latihan band, kami pun pulang, namun ditengah perjalanan pulang, salah satu temanku yang bernama Aby, mengusulkan untuk mampir sebentar diwarung Kenanga Km. 8 Anjir, disana temanku bercanda kepadaku menyuruh menghubungi seorang cewe, yang bernama Rully yang biasa dipanggil teman-temanku Agnes Monica, karena wajahnya mirip-mirip dengan Agnes Monica. namun aku kabulin becandanya, aku minta nomor handphone cewe itu, dan aku mengirimkan pesan singkat kepadanya, dalam pesan singkat aku mengharapkan dia jadi pacarku dengan satu kesepakatan, tanpa sepengatahuan mereka, Rully pun menanggapinya dengan baik, akhirnya aku jadian dengan Rully juga tanpa sepengetahuan teman-temanku, saat itulah aku memiliki tiga orang pacar, yakni Ina, Icha, dan Rully.
Pada hari Selasa, saat disekolahan bersama teman baru bernama Raji, kami nongkrong di musolla sekolahan, karena sekolah kami bergabung dengan SMP, Raji menunjuk seorang cewe yang bernama Wati, Wati ini paras wajahnya dapat disandingkan dengan artis ibu kota, mirip Bunga Zainal, dia adalah adik kelas kami, dia baru kelas 1 SMP, katanya wati ini dekat dengannya. Namun Raji tidak punya perasaan lebih kepada Wati. Raji memiliki nomor handphone Wati , tetapi dia berikan nomor handphone Wati tersebut kepadaku, karena Raji pada saat itu masih belum memiliki handphone, berbeda dengan sekarang handphonenya model terbaru, layar “japai.”
Dari sanalah aku mengenal Wati, pulang dari sekolah, aku langsung menghubungi nomor handphone Wati yang diberikan Raji kepadaku saat disekolahan, aku kirim pesan singkat kepadanya, namun dia tidak membalas dengan jawaban sms, tetapi menjawabnya dengan layanan Call Me sebuah layanan salah satu Operator Selular. Dari jawabannya tersebut, aku mengerti pulsa dia sedang habis, karena aku belum kenal, aku tidak mengisikan dia pulsa, tetapi aku menggunakan salah satu layanan Operator Selular yang layanan tersebut dapat membuat orang yang didaftarkan dapat mengirim pesan singkat walau tidak punya pulsa, tetapi yang bayar adalah kita. Akhirnya dia menjawab pertanyaanku menggunakan layanan tersebut, malam yang diterangi Bulan Purnama aku berkiriman pesan singkat ria dengannya. Aku merasakan aku mengalami jatuh cinta yang berbeda kepada Wati, jatuh cinta yang sebenarnya menurutku.
Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, akupun kembali menghubungi wati, entah kenapa aku menginginkan Wati menjadi pacarku. Ketika berkiriman pesan singkat itulah aku jujur, aku mempunyai tiga orang pacar, aku berjanji akan berhenti jadi seorang playboy, apabila dia menerimaku apa adanya. Dan diapun percaya kepadaku walaupun aku memiliki pacar tiga orang, namun aku berjanji kepadanya akan mengakhiri hubunganku dengan Ina, Icha dan Rully.
Entah kenapa juga, setelah aku memiliki wati, aku yakin untuk berprinsif didalam diriku, aku tidak akan menjadi seorang playboy lagi, dihari itu juga aku melaksanakan janjiku kepada Wati, bahwa aku akan mengakhiri hubungan ketiga pacarku yang dulu. Dengan berbagai alasan dan kejujuran, kepada Icha aku jelaskan aku tidak mau menyakitinya lama-lama karena aku seorang playboy, kepada Ina aku menerangkan aku mohon maaf telah menghianatinya. Syukur Icha dan Ina tidak membenciku, sampai sekarang pun aku masih berteman dengan keduanya. Namun kepada Rully, karena sebelum aku mengatakan ingin menjadi pacarnya, aku memberikan kesepakatan kepada Rully, bahwa hubungan kami tidak ada yang boleh tau, kalau sampai ada yang mengetahui, maka secara otomatis hubungan kita akn putus, dan ternyata dia menceritakan hubungan ini kepada temannya yang memberitahukan kepadaku. Dan secara otomatis lah aku putus dari Rully, pada hari itulah aku menjadi seorang laki-laki yang hanya mempuyai seorang pacar, Wati, seorang pacar yang menurutku adalah pacar yang terbaik untukku.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan aku lewati bersama wati, bahkan dua bulan setelah kami pacaran, aku mendapatkan adik yang telah lama aku idamkan, bahkan terlalu sayangnya aku kepada wati, nama adikku pun ku tambahkan nama wati di ujung namanya, ira rahmawati. namun suatu hari, hasrat seorang playboy dulu kembali muncul, aku membuat kesalahan dengan mengantar dan menjemput sekolah seorang cewe yang bernama Imah, dia adalah mantan pacar ku yang ketiga, karena nama pacar pertamaku adalah bernama ia,yang kedua adalah Iki dan yang ketiga adalah Imah. Dan akhirnya kabar itu pun sampai kepada pacar tersayangku Wati, dia pun marah besar kepadaku, namun aku memohon maaf dengan penuh keikhlasan, akhirnya Wati pun luluh. Dia memberikan kesempatan kepadaku untuk berubah, aku semakin mencintainya karena dia adalah wanita yang mau memberi kesempatan kepadaku. Sehingga Hubungan kami pun kembali baik.
Ditahun kedua, hubungan kami pun masih baik-baik saja, sampai suatu hari di sore hari menjelang magrib, seorang Ibu yang bernama Hj.Irus dan anaknya yang bernama Nisa mampir kerumahku karena kemagriban, ibu ini adalah teman ibuku saat pergi haji, jadi menumpang salat Magrib dirumahku, ibunya Nisa yang menurutku orang suka bicara tiba-tiba menanyakan sesuatu kepadaku “Dimana ding urang ada bajual pulsa”. Karena saat itu aku berjualan pulsa elektrik kecil-kecilan, kukatakan “Ulun bajualan pulsa cilai”.Maka aku isikan pulsa ibu itu, namun pada saat itu, aku juga meminta nomor handphone anak beliau yang bernama nisa. Karena menurutku dia juga tidak kalah cantik dengan pacarku wati, disanalah kenapa sifat playboyku kembali timbul, bermodal nomor handphonenya, aku berkirim pesan singkat dengannya tanpa sepengatahuan Wati.
Setelah beberapa minggu, benarlah pepatah orang dulu, “Sepandai-pandainya tupai baluncat, pasti kaina gugur jua”. Akhirnya Wati mengetahui bahwa aku sering berkiriman pesan singkat dengan seorang cewe, namun kujelaskan dia adalah keluargaku, karena Nisa memang keluargaku, walaupun keluarga jauh sebenarnya. Namun aku tetap merasa bersalah kepada Wati karena aku tidak meminta ijin kepadanya. Namun hubungan kami tetap baik, karena pengertiannya itulah aku berprinsif tidak akan menjadi playboy dan aku semakin, semakin, dan semakin mencintainya.
Saat dua setengah tahun aku pacaran dengan Wati, aku telah berubah 100%, aku tidak lagi menjadi seorang playboy, semua ini karena dukungan dari pacarku Wati. Dialah kebahagiaanku, dialah senyumanku, dialah kehidupanku.
Aku telah menjadi siswa SMA kelas 3. Tibalah saatnya kami pengumuman kelulusan Ujian Nasional dan umumnya, aku sangat berbahagia, karena aku mendapat nilai UN tertinggi disekolahanku, dan aku mendapat rangking satu dikelasku. Dan guru-guru pun akan megadakan jiarah ke tempat-tempat makam ulama besar di Martapura, Rantau dan Kelampaiyan. Pada saat jiarah itu, tiba-tiba ditengah perjalan jiarah, sebuah pesan singkat dari seorang wanita yang bernama Nisa, si anak Hj.Irus masuk kedalam inbox pesan ponselku, dia minta temenin berkiriman pesan singkat denganku, jujur aku memang ada rasa kagum kepadanya, rasa suka kepadanya, tetapi tidak ada rasa untuk memiliki dia, rasaku ini seperti rasa seseorang yang melihat kekuasaan tuhan menciptakan manusia yang berbeda-beda, cantik dan kurang cantik dan lain-lain bentuknya dan rasa suka melihat pemandangan yang diciptakan tuhan di alamnya.tetapi karena aku sudah sangat bahagia memiliki seorang Wati.seperti seseorang yang memiliki motor sendiri, walau pun ada motor baru keluar, aku tidak pengen memiliki lagi, karena menurutku motorku sendiri telah kumodifikasi yang membuat tampilannya lebih dari motor yang baru keluar dari pabrik. Begitulah prinsif cintaku kepada wati sekarang. Didalam pesan singkat nisa kepadaku, dia mengatakan dia mencintaiku, dia mengajak diriku untuk bertunangan. Namun sms itu kubalas dengan kata-kata bijak. Aku tidak bisa menerimamu, karena aku sudah memiliki seorang pacar, aku tidak mau menghianatinya. Makin kuat prinsif cintaku seperti seseorang yang memiliki motor sendiri, walau pun ada motor baru keluar, aku tidak pengen memiliki lagi, karena menurutku motorku sendiri telah kumodifikasi yang membuat tampilannya lebih dari motor yang baru keluar dari pabrik. Bahkan kalau motor baru itu mau diberikan, aku akan menolaknya karena tidak mau menduakan motor kesayanganku. Begitulah rasa sayang dan cintaku kepada Wati yang telah memberikan kepercayaannya kepadaku.
Tepat jam 10 malam, dalam keadaan cuaca hujan, kami akhirnya kembali ketempat asal kami, anjir tercinta setelah sehatian berjiarah. Namun karena malam dan cuaca dalam keadaan hujan lebat, aku takut pulang kerumah, akhirnya aku bermalam dirumah teman karibku bernama Amat.keesokan harinya baru aku pulang kerumah.
Setelah melewati masa pacaran yang cukup lama dengan di isi masalah-masalah kecil seperti jerawat –jerawat kecil yang terkadang tumbuh diwajahku yang dapat ku atasi dan bisa hilang sendiri.
Ditahun ketiga hubungan kami, aku telah menjadi seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, di semester pertama aku mendapatkan hasil IP 3,40. Cukup memuaskan bagiku. Namun dipandang berbalik dengan hubungan cintaku, hubungan kami semakin kurang harmonis, penyebabnya adalah kurangnya komunikasi dikarenakan padatnya jadwal kuliahku, hanya pada malam hari kami intensif berkomunikasi lewat pesan singkat, karena aku terkadang kuliah masuk pagi terkadang sore, sedangkan dia pagi sekolah, siangnya mengantar adiknya sekolah. Aku merasakan sedikit ada perubahan didalam dirinya, ketika berikiriman pesan singkat dengannya, dia mengatakan pengen beli baju baru lagi, tetapi dimarahi orang tuanya karena dia baru beli baju juga yang masih bagus, dan aku memberikan saran kepadanya bahwa lebih baik memakai baju yang ada, baju yang masih baik, bagus dan baru, kenapa harus beli lagi, dia mengatakan karena baju baru yang ingin dibelinya ini lebih bagus dari yang baru dia beli. Padahal biasanya tidak bisa seperti itu. Dia biasanya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang dimilkinya.
Mungkin dari situlah sebuah peristiwa yang membuatku stres berat, saat pukul 02.15 siang aku mengirimkan pesan singkat kepada pacarku wati, menanyakan kabarnya, diapun membalas pesan singkatku dengan mengatakan kabarnya baik-baik saja dan mau tidur dan istirahat dulu. Namun, ketika sorenya sekitar pukul 04.50 sore aku hendak bermain bola bersama teman-teman, karena jadwal kuliah kosong jadi aku sempatkan bermain bola, tiba-tiba masuklah sebuah pesan singkat dari temanku bernama Rudy, dia mengirimkan pesan kepadaku “adi,jagai funk pcr qm tu, jgn smpai tman mkan tman”. Aku pun membalas pesan singkatnya untuk meminta penjelasan apa maksud pesan singkatnya. Dia menjelaskan bahwa dia memergoki pacarku wati berpelukan dengan amat teman karibku, teman yang aku anggap keluargaku sendiri, teman tempat aku bermalam pulang dari jiarah, Teman yang sangat aku percaya. Aku langsung drop dan kubatalkan main bola karena hatiku remuk, walaupun belum kubuktikan, aku pun langsung menuju ketempat kejadian perkara, kerumah temannya wati, yakni rumah rika. Karena dia mengatakan disiang hari bahwa dia ingin tidur dan istirahat, tetapi kenyataanya dia kerumah rika. Dan ternyata yang dikatakan Rudy semuanya adalah benar, akupun meminta penjelasan darinya, dia tidak mengakui semuanya, hatiku hancur, remuk tak berwujud, pikiran ku berputar-putar dalam lingkaran setan, aku tidak menyangka pacar yang selama ini membuatku berubah menjadi playboy, sekarang dia yang menghianatiku, aku tidak bisa menahan emosiku lagi, ketika hari menjelang magrib, aku datang kerumahnya untuk meminta penjelasan, namun dia masih tidak mengaku dia menghianatiku, yang membuat emosiku semakin membuncah seperti gunung merapi yang sedang meletus mengeluarkan lahar panasnya dan lahar dinginnya, terucaplah kata PUTUS dari mulutku, karena aku tak tahan menerima keadaan pacar yang sangat aku sayangi, cintai dan aku banggakan meghianatiku, dengan cara berselingkuh dengan teman karibku, teman dekatku. Betapa hancur hatiku, air liur langsung menjadi pahit, air mata menjadi emosi,air peluh menjadi lelehan timah panas yang mengalir keseluruh badan. Peristiwa yang tidak kusangka-sangka , lebih dari peristiwa aku kehilangan dompet berisi sim, ktp dan stnk seminggu sebelumnya. Apakah peristiwa kehilangan dompetku adalah penanda aku juga kehilangan pacar yang sangat kusayangi, seperti aku kehilangan STNK kendaraanku sebagai tanda pemilik kendaraan. Yang paling tak kusangka, STNK hidup yang kumiliki di ambil teman karibku sendiri. Masalah yang tidak lagi seperti jerawat kecil diwajahku, tetapi tomur besar diwajahku telah tumbuh. Wati juga merasa dirinya ngedrop setelah rahasianya terbongkar,dan aku mengatakan bahwa kami harus berpisah. Setelah magrib, wati memutuskan untuk pergi kebanjarmasin bersama bapaknya. Dia mengatakan ingin jauh dariku.
Dimalam harinya aku mengirimkan pesan singkat kepadanya untuk meminta penjelasan kembali, dan akhirnya dia mengakui bahwa dia memang menaruh hati kepada amat, dan mengakui bahwa mereka menjalani hubungan tanpa status. Yang membuat aku langsung terdiam dengan memendam rasa kekesalan seperti orang lagi kecopetan intan berton-ton beratnya. Dan merasa bingung kenapa sampai teman karibku yang mengambil pacarku, kekesalanku sangat membuatku kehilangan semangat cinta kasih sayang. Wati mengatakan kepadaku semua ini karena aku, dia merasa aku kurang memperhatikannya. Dan dimalam itu juga aku mengirimkan pesan singkat kepada orang tuanya bahwa aku tidak bisa lagi menjaga wati seperti janjiku kepada ibunya wati diawal aku pacaran dengan wati karena watinya sendiri yang tidak mau aku jaga lagi. Namun aku tidak mau mengatakan bahwa ada laki-laki yang telah menggantikan aku sehingga aku harus berpisah dengannya. Karena aku tidak ingin wati dianggap tidak baik orang tuanya, biarlah aku yang tau kenapa aku memutuskan harus berpisah. Karena aku merasakan sudah ada yang berbeda, mungkin karena asas manfaat yang aku berikan kurang kepadanya , kurang perhatian, tidak bisa menjemput dan mengantarnya. Hadirlah Amat yang mempunyai perhatian lebih dan bisa menjemput dan mengantarnya sekolah yang membuatnya berpaling dariku, begitulah pikiran yang hinggap di otakku seperti dia memiliki sebuah baju yang masih bagus, tetapi karena jarang terpakai, maka ia menginginkan baju baru lagi.
Aku masih tetap terdiam, aku merasakan diriku seperti orang yang menangkap Ikan, dan mendapatkan Ikan yang sangat cantik, bagus, baik dan tidak susah dipelihara, ikan itu kuletakkan di akuariumku, dengan Air yang bersih. Ke mudian suatu hari ada orangyang datang kerumahku, teman dekatku sendiri,Amat. dia membawa akuarium kerumahku tanpa sepengetahuanku, akupun tidak merasa curiga, mungkin karena akuarium yang dibawa temanku lebih bagus memang disengajakan untuk mengambil Ikan yang sangat cantik, bagus, baik dan mudah dipelihara milikki untuk dia pelihara. Dan karena ikan yang kupelihara merasa dia kurang diperhatikan, padahal aku selalu mengganti airnya, memberikan sirkulasi oksigen yang cukup untuknya dan membersihkannya. Tetapi Ikannya melompat ke akuarium yang telah disediakan temanku.
Dan aku merasa tidak mendapatkan keadilan dan kebenaran dengan peristiwa ini, aku merasa diriku orang yang membeli sebuah motor dengan cara kredit, aku selalu membayar uang bulanannya. Walaupun aku terkadang bayar di akhir waktu terakhir pembayaran, tetapi tidak pernah telat. Tetapi kenapa kendaraanku masih ditarik. Tidak ada keadilan bagiku. Aku juga tidak menyangka teman-temannya juga ikut bersekongkol menyediakan tempat untuk Wati bertemu dengan Amat dan tidak memberi tahu aku tentang bagaimana hubungan mereka.
Keesokan harinya, Emosiku masih tidak bisa kuhilangkan, karena wati seperti merasa dirinya benar. Yang membuatku semakin tidak bisa memaafkannya. Setelah salat Magrib, aku membaca salah satu surat Al Quran, surat Yasin, yang memang sudah menjadi kebiasaanku. Namun saat aku membaca surat Yasin tersebut, aku merasakan diriku mendapatkan ketenangan pikiran dan jiwa. Setelah membaca surat Yasin, aku mengirimkan pesan singkat kepada temannya Wati yang menyediakan tempat Wati dan Amat bertemu, Rika. Aku meminta kejujurannya, dari sanalah aku mengetahui semua rahasia yang selama ini Wati sembunyikan dariku. Wati memang telah menjalani hubungan tanpa status dengan Amat baru setengah bulan ini. Dan pernah keluar malam untuk makan malam di Km. 8.
Setelah salat Isa, aku merenung berusaha mencari hikmah yang dapat ku ambil. Aku merasa diriku telah mendapatkan KTP yang baru dengan nama jomblo, dan mendapatkan SIM yang baru dengan nama surat ijin mencari. Namun aku belum berniat untuk membuat STNK baru, aku sangat sayang dengan STNK hidup yang di ambil temanku. Aku belum bisa menggantinya dengan yang baru. Dimalam itu aku berkiriman pesan singkat dengan Rika, aku mengatakan kepadanya aku kayanya ingin membeli motor baru saja dengan cash, tidak kredit lagi karena takut di ambil orang lagi. Namun hatiku masih teringat Wati, Wati, dan Wati. Kemudian masuklah pesan singkat dari Wati, dia menyadari dan mengaku dirinya salah dan hilaf kepadaku, dia meminta kesempatan sekali kepadaku untuk memperbaiki kesalahannya dan dia tidak akan lagi mengulangi kesalahannya. Aku yang sangat sayang dan cinta kepadanya, dan berusaha untuk mencoba bersikap adil kepadanya karena aku juga pernah diberinya kesempatan yang dapat merubah seorang playboy menjadi seorang yang setia, pikiran itulah yang membuatku memberikan kesempatan kepadanya seperti dia memberikan kesempatan kepadaku agar lebih baik, aku mencoba menjadi seorang yang tidak buta dengan balas budi, aku mencoba untuk memberikannya kesempatan satu kali dengan syarat berjanji tidak akan melakukan hal yang sama dan memberikan penjelasan kepada orang tuanya bahwa kami telah bersatu kembali. Aku menginginkan Wati yang dulu, Wati yang mengerti aku, setia dan dapat membuat seorang playboy menjadi seorang yang sangat setia. Karena menurutku lebih baik mantan playboy dari pada mantan setia.
Satu hari kemudian aku merenung kembali, aku merasakan sekarang aku mendapatkan kembali STNK ku yang dulu hilang telah kembali. Sama halnya ada pepatah, ada udang dibalik batu, pepatah itu memang menyakitkan kalau ada yang sembunyi-sembunyi. Namun aku dapat mengambil hikmah dari pepatah itu dengan cara aku mengambil udang dibalik batu untuk kujadikan udang goreng yang enak untuk dinikmati.
Dihari itulah aku meminta wati untuk memberi tahu orang tuanya bahwa kami telah kembali bersatu dengan prinsif yang sama, dengan cinta yang sebenarnya. Dengan sayang sebenarnya dan memanfaatkan kesempatan yang sebenarnya.

puisi : selingkuh dengan bahasa lain.

Selingkuh dengan bahasa lain.
Aku mempunyai seorang bahasa.
Aku katakan aku mencintai bahasa.
Aku lakukan apa yang baik dan benar untuk bahasa.
Namun lama kelamaan aku mengenal bahasa lain.
Aku terkadang terjerumus dengan bahasa lain.
Padahal aku mengakui bahwa bahasaku adalah bahasa kesatuan.
Kenapa aku lebih mengagumi bahasa lain dari pada bahasaku sendiri.
Sedangkan diluar sana orang banyak mendekati bahasaku.
Maafkan bahasaku terkadang aku melupakanmu.

puisi : selingkuh dengan bahasa lain.

Rabu, 04 Mei 2011